Makalah
Psikologi
Kognitif
Tentang
Sensasi,
Persepsi dan Atensi
Disusun
oleh:
M. Zakiyal Fatah : 1415040181
Sinta
Mardila : 1515040017
Rizky : 1515040029
Dosen
pembimbing :
Dr.
Wanda Fitri, M.si
JURUSAN
PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS UHSULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM
BONJOL PADANG
1439
H/2017 M
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sensasi adalah
proses menangkap stimuli dan tahap paling awal dalam penerimaan informasi
sedangkan persepsi adalah proses member makna pada sensasi sehingga manusia
memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi
informasi.
Pengalaman
elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau
konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan alat indera termasuk kedalam
sensasi. Sedangkan suatu proses aktif timbulnys kesadaran dengan segera
terhadap suatu objek yang merupakan factor internal serta eksternal individu
meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai
terhadap objek tersebut termasuk kedalam persepsi. Sejumlah informasi dari luar
mungkin tidak disadari, dihilangkan atau disalah artikan. Mekanisme pengindraan
manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi.
Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi.
Tetapi didalam prosesnya sensasi dan persepsi berbeda, kalau sensasi penerimaan
stimulus lewat indra sedangkan persepsi yaitu penafsirkan stimulus yang telah
ada didalam otak.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan senasasi, persepsi dan atensi?
2. Bagaimana
penyimpanan ekonik dan ekhoik?
3. Bagaimana
kapasitas pemrosesan dan atensi selektif?
4. Bagaimana
pemrosesan otomatis?
5. Bagaimana
pandangan neurosains tentang atensi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
sensasi, persepsi dan atensi
Dalam psikologi
kognitif, kita mengacu pada dunia fisik (eksternal) sekaligus dunia mental
(internal). Penghubung realitas eksternal dengan dunia mental berpusat disistem
sensorik.
1. Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat
pengindraan, yang menghubungkan organism dengan lingkungannya. Menurut Dennis
Coon, “sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak perlu
penguraian verbal. sombolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan
dengan kegiatan indera.
Sensasi (sensation)
mengacu pada pendektesian diri terhadap energy dari dunia fisik, maksudnya
sensasi merupakan tahap pertama dalam perkembangan persepsi, dimana stimulus
bertemu dengan panca indra kita, baik indra penciuman, pengecapan, perabaan,
penglihatan dan pendengaran. Studi terhadap sensasi umumnya berkaitan dengan
struktur dan proses mekanisme sensorik.
2. Persepsi
Semua orang pastinya pernah berpersepsi akan suatu
hal, dan tidak ada satupun dari manusia yang tidak berpersepsi. yang ingin kita
ketahui yaitu apa maksud dari persepsi. Persepsi (perception) melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam
penginterpretasian terhadap informansi sensorik, maksudnya proses dimana kita
menyimpulkan objek yang kita dapat dapat dan belum tentu persepsi yang dibuat
memiliki kebenaran, karena persepsi semua orang dapat berbeda-beda. Dan
bersepsi berhubungan dengan pengalaman yang kita alami dahulu. Pada dasarnya
sensasi mengacu pada pendektesian diri terhadap stimuli, sedangkan persepsi
mengacu pada interprestasi hal-hal yang kita indera.
3. Atensi
Katika kita membayangkan atensi (attention,
perhatian), kita sering membayangkan kata-kata seperti memperhatikan,”atensi
penuh”, “dan menjadi pusat perhatian”. Tanpa perlu mempelajari proses kognitif
dalam atensi, seseorang dengan mudah memahami bahwa atensi adalah sumber daya
yang beharga. Dalam bagian ini kita akan membahas atensi sebagai mekanisme
kognitif yang penting dan beharga.
Lebih dari seratus tahun yang lalu, William James
menulis “ setiap orang mengetahui apa itu atensi. James menjelaskan bahwa, atensi
adalah pemusatan pikiran dalam bentuk yang gamblang terhadap terhadap sejumlah
objek simultan atau sekelompok pikiran. Pemusatan (focalization) kesadaran adalah intisari atensi. Atensi
mengimplikasikan adanya pengabaian objek-objek tertentu secara efektif.
Sedangkan atensi ditinjau dari sudut pandang
psikologi ognitif, atensi mengacu pada proses kognitif yang menyeleksi
informasi penting dari dunia disekeliling kita (melalui pancaindra) sehingga
otak kita tidak secara berlebihan dipenuhi oleh informasi yang tidak terbatas
jumlahnya (solso, dkk, 2008).
Menurutkamus lengkap psikologi, atensi merupakan
proses mereaksi secara istimewa terhadap suatu rangsangan atau sederetan
perangsang atau penyesuaian organ-organ pengindraan dan system syaraf sentral
bagi stimulasi maksimal serta keadaan kejernihan sensoris dengan adanya bagian
tepian fokusnya (chaplin,2009).
Secara umum, atensi aiartikan sebagai pemusatan
upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau peristiwa-peristiwa mental.
B. Penyimpanan
ekonik dan ekhoik
1. Penyimpanan
ekonik
Neisser (1967) menamai kesan-kesan visual untuk
menetap selama jangka waktu singkat (sehingga dapat diproses lebih lanjut)
sebagai memori ikonik (iconic memory).
Beberapa ahli mempertanyakan kecepatan penggunaan istilah memori dalam
menjelaskan fenomena ini. Bagi banyak psikologi kognitif, istilah memori
menyiratkan adanya penyandian (coding) dan penyimpanan (storage) informasi, yang melibatkan
proses-proses kognitif tingkat tinggi. Meskipun memori ikonik memang melibatkan
penyimpanan, penemuan-penemuan terbaru menunjukkan bahwa memori ikonik terpisah
dari proses-proses kognitif tingkat tinggi (seperti atensi).penyimpanan ekonik
hanyalah menyerupai semacam arsip foto (snapshot)
tentang medan penglihatan. Setiap arsip hanya bertahan satu detik. Tujuan
“arsip foto” tersebut adalah memberikan otak kesempatan untuk mampu menyamai
kecepatan informasi visual yang diterima dari mata.
Banyak penelitian yang menemukan bahwa informasi
yang diindra direpresentasikan dengan akurat dalam memori ikonik, namun
mengilang dengan cepat (sekitar 250 milidetik hingga 4 detik) jikalau tidak dikirimkan ketahap-tahap pemrosesan
selanjutnya.
George Sperling (1960) memberikan argumen bahwa jika
ikon (atau kesan visual) sedang memudar saat partisipasi berusaha melaporkan
sebagian dari keseluruhan huruf tersebut. Sperling mengasumsikan bila ia dapat
menyusun sebuah cara untuk menguji memori parsial atau bagian dari memori
ikonik, ia dapat menghitung ukuran penyimpanan ikonik yang sesungguhnya.
Untuk menyelidiki menghilangnya (decay) informasi
dalam penyimpanan yang sangat singkat ini, berbagai penelitian telah
dilaksanakan. Salah satu penelitian memvariasikan interval antara penampilan
huruf dengan munculnya isyarat (berupa nada atau tampilan tertentu). Hasilnya,
jangka waktu penyimpanan memori ikonik adalah sebesar 250 milidetik (1/4
detik).
2. Penyimpanan
ekhoik
Penyimpanan ekhoik serupa dengan penyimpanan ikonik
dalam dua hal: a) Informasi sensorik mentah disimpan dalam ruang penyimpanan
(agar informasi mentah tersebut dapat diolah lebih lanjut). b) Jangka waktu
penyimpanannya sangatlah singkat (sama dengan memori ikonik, yakni sekitar 250
milidetik hingga 4 detik).
Seperti penyimpanan ikonik, yang berfungsi
menyediakan waktu tambahan untuk mengamati waktu stimuli yang menghilang dari
penglihatan, penyimpanan ekhoik memberikan waktu tambahan bagi kita untuk
mendengarkan pesan. Kegunaan penyimpanan ekhoik akan menjadi jelas apabila kita
mempertimbangkan kerumitan proses dalam memahami sebuah pembicaraan sederhana. Impuls-impuls
auditorik yang diindera sebagai “percakapan” akan bertambah jumlahnya seiring
berlalunya waktu. Informasi yang terkandung dalam satu bagian kecil percakapan,
music, atau bunyi-bunyian lain tidak akan bermakna jika ditempatkan dalam
konteks yang tepat, bersama suara-suara lain. Penyimpanan ekhoik berfungsi
sebagai “lem” yang secara singkat menyimpan informasi auditorik sehingga
seluruh informasi auditorik dapat dipahami.
C. Kapasitas
pemrosesan dan atensi selektif
Fakta bahwa kita
secara selektif memilih hanya bagian kecil stimuli dari seluruh stimuli yang
ada disekeliling kita, tampak dari berbagai peristiwa sehari-hari, sebagaimana
yang disebutkan sebelumnya. Selektifitas ini dipandang sebagai akibat kurangnya
kapasitas saluran (channel capacity),
yaitu ketidakmampuan kita memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan.
Gagasan ini menyarankan bahwa terdapat suatu kondisi “kemacetan” (bottleneck) pada suatu tahap pemrosesan
informasi, yang sebagian disebabkan oleh keterbatasan neurologis. Kemacetan tersebut
merupakan suatu keterbatasan, namun mungkin pula bersifat adaptif.
Atensi selektif
(selective attention) dapat dianalogikan dengan menyorotkan cahaya lampu senter
ketengah sebuah ruang gelap untuk mencari ruang-ruang yang kita perlukan,
sambil membiarkan benda-benda lain tetap berada dalam kegelapan. Menginggat
jumlah informasi yang kita olah dan kita ingat, tampaknya kekuatan kognitif
kita menunjukkan semacam ketidakleluasaan dalam limitasi sensorik tersebut.
Dengan demikian, kita dengan hati-hati mengarahkan lampu senter atensi kita,
memproses informasi yang paling kita perhatikan, dan mengabaikan (atau kurang
memperhatikan) informasi yang lain.
Atensi selektif
dilakukan ketika kita terfokus pada satu sumber informasi dan mengabaikan
informasi lainnya. Terdapat tiga pendekatan dalam atensi selektif yaitu;
a. Pendekatan
seleksi awal
merupakan
penelitian awal tentang atensi menggunakan pendekatan mendengarkan dikotik
untuk mengahasilkan data. Dalam tugas-tugas mendengarkan dikotik, para peserta
diberi stimuli yang berbeda pada masing-masing telingga dan diinstruksikan
untuk mendengarkan salah satunya saja. Para peserta diminta untuk membayangi “
stimulus yang sesuai dengan mengucapkannya secara nyaring.
b. Pendekatan
seleksi akhir
merupakan pendekatan seleksi yang dikembangkan
berdasarkan studi-studi yang dilakukan Treisman (1964) menunjukkan bahwa
pemrosesan terhadap informasi yang tidak diperhatikan memang terjadi.
Contohnya, para peserta mengalami lebih banyak kesulitan membayangi suatu pesan
bila pesan dalam saluran yang tidak diperhatikan sama ketimbang bila pesan
tersebut berbeda. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa terjadi pemrosesan somatik
setelah penyaringan selektif, yang bertentangan dengan teori selektif awal.
c. Pendekatan
atenuasi
Treisman (1960-1964) menemukan lebih banyak bukti
yang tidak sejalan dengan teori Broadbent seperti beberapa “terobosan” dari
pesan yang tidak diperhatikan; para peserta dapat mengerti satu cerita di
telinga lainnya. Ia menemukan bahwa pembayangan menjadi lebih sulit jika
informasi yang disampaikan pada kedua telinga sama yaitu tampaknya dilakukan
analisis terhadap informasi semantik (ling, dkk, 2012).
Adapun
model-model atensi selektif (atensi yang digunakan untuk memusatkan pemrosesan
informasi terhadap stimuli spesifik). Terdapat sejumlah model atensi selektif,
yaitu :
a. Model
penyaringan (Broadbent)
Sebuah teori awal tentang atensi yang paling lengkap
dikembangkan oleh Broadbent (1958). Teori yang disebut model penyaringan (filter model) ini berhubungan dengan
teori saluran tunggal yang menyatakan bahwa pemrosesan informasi dibatasi oleh
kapasitas saluran yang tersedia.
b. Model
Atenuasi (treisman)
Sebuah permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan
model penyaringan Broadbent adalah perihal pendektesian informasi bermakna
melalui sebuah saluran yang diabaikan (saluran yang tidak mendapatkan atensi). Sedangkan
dalam model Treisman yang elegan menggabungkan struktur model Broadbent
ditambah hasil-hasil empirik yang didapat dari penelitian moray.
Treisman mendemontrasikan bahwa kita cendrung
mengikuti makna alih-alih mengikuti pesan dari satu telinga saja, bahkan
sekalipun kita diminta melaporkan pesan yang diterima oleh satu telinga saja.
Dalam sebuah eksperimen, Treisman (1964an) menggunakan partisipan-partisipan
yag fasih berbahasa Prancis dan Inggris. Model Traisman memandang informasi
yang diabaikan sebagai sinyal-sinyal lemah, yang dapat menembus “kamus”
perceptual, dan dapat menembus penyaringan jikalau “kamus” perceptual
menunjukkan bahwa sinyal tersebut adalah sinyal yang penting.
D. Kapasitas
pemrosesan otomatis
Agar pemrosesan
secara otomatis dapat terjadi, informasi harus dapat mengalir bebas dari memori
kekendali seseorang atas tindakan-tindakannya. Penguasaan keterampilan apapun
membutuhkan waktu sebelum dapat dilakukan tanpa kesulitan. Bayangkan tentang
belajar mengenai mobil, pada awalnya diperlukan upaya dan pengendalian besar,
namun setelah melakukan banyak latihan tugas tersebut tersebut menjadi otomatis
dan dapat dilakukan tanpa upaya. Pemrosesan informasi secara otomatis diteliti
secara mendalam oleh Posner dan Syider
(1974-1975), yang memyebutkan tuga karakteristik pemrosesan otomatis :
a. Pemrosesan
otomatis terjadi tanpa ada niat sadar
Dalam eksperimen-eksperimen priming, dampak terjadi
tanpa adanya niat atau tujuan sadar dari partisipan penelitian. Dalam
eksperimen priming, kata pemicu atau prime ini ditayangkan sangat cepat
sehingga partisipan tidak menyadarinya. Kata-kata pemicu ternyata terbukti
mampu membuat partisipan mengenali kata-kata yang analog dengan kata-kata
pemicu tersebut, meskipun partisipan mengaku tidak pernah tidak pernah
“terpikir” kata-kata tersebut.
b. Pemrosesan
otomatis tersembunyi dari kesadaran. Sebagaimana ditunjukkan dalam contoh
sebelumnya, dampak-dampak priming sebagian besar tidak disadari. Kita tidak
“berpikir” mengenai pemrosesan otomatis. Gagasan ini memunculkan karakteristik
ketiga.
c. Pemrosesan
otomatis hanya menggunakan sedikit sumber daya sadar (atau bahkan tidak
menggunakan sumber daya sadar sama sekali. Kita dapat membaca kata-kata atau
mengikat tali sepatu kita tanpa berpikir. Tindakan-tindakan tersebut terjadi
secara otomatis dan tanpa memerlukan usaha.
E. Pandangan
neurosains tentang atensi
Tindakan
mempelajari atensi dari sudut pandang neurosains kognitif yang memberikan kita
kesempatan untuk menemukan dukungan neurilogis bagi penemuan-penemuan
sebelumnya, dan juga membantu menemukan lokasi dari berbagai proses-proses
terkait atensi yang berlangsung dalam otak.
a. Atensi dan otak manusia
Hubungan
antara atensi dan otak manusia pada mulanya diselidiki melalui studi terdapat
deficit atensi yang terjadi karena cedera otak. Penemuan awal semacam ini
dibatasi dalam cakupan neuropathology. Sebagai contoh, sebuah cedera atau atau
stoke di satu bagian otak mungkin dihubungkan dengan sebuah jenis deficit
atensi. Sayangnya, observasi pathologis kerap kali dilakukan pada pasien stroke
maupun pasien yang terkena luka tembakan (suatu kondisi yang tidak memiliki
defenisi operasional yang jelas karena kemungkinannya hamper-hampir tanpa batas),
sehingga para peneliti pada masa-masa itu mengalami kesulitan menentukan lokus
(pusat) kerusakan otak yang mengakibatkan gangguan-gangguan atensi yang
spesifik. Adapun masalah lain, yakni observasi-observasi pathologis seringkali
dilakukan dalam pemeriksaan postmortem (pascakematian),
yang tidak memungkinkan adanya komunikasi antara subjek penelitian dan pengamat
(peneliti).
Lebih
jauh lagi, terdapat daya teknik mengesankan, yang dapat dipilih oleh psikologi
kognitif dan ilmu otak, yang tidak mengharuskan subjek penelitiannya berada
dalam keadaan tidak bernyawa, mengalami strok yang parah, mengalami luka tembak
dikepala (dan peluru itu masih ada dikepala), dan tidak mengharuskan adanya
prosedur pembedahan agar observasi terhadap otak dapat dilaksanakan. Focus dan
upaya-upaya modern tersebut secara umum berada di dua bidang : penelitian dan
diagnosis/testing.
1) Ada
upaya menemukan kolerasi antara struktur geografi otak dan dan proses-proses
atensi. Studi-studi tersebut menggunakan seluruh teknik kognitif yang
dijabarkan dalam bab ini seperti mendengarkan dikotik, pembayangan, atensi
terbagi, tugas keputusan leksikal, pembedaan bentuk dan warna, dan priming) dan
mengunakan alat-alat pelacak mandiri yang digunakan dalam studi-studi
neurologis (misalnya pemindai MRI dan PET), selain menggunakan
eksperimen-eksperimen waktu reaksi tradisional.
2) Teknik-teknik
yang dapat dikembangkan di laboratorium kognitif digunakan sebagai alat uji
diagnotik dan digunakan untuk menyelidiki senyawa farmakologis yang berperan
mempengaruhi proses-proses atensi.
b.
Atensi dan PET
Penelitian
masa kini tentang atensi dilakukan menggunakan teknologi pencitraan otak
(terutama PET), dan meskipun kami tidak mungkin melaporkan hasil penelitian
tersebut, kami dapat melakukan beberapa penelitian penting dalam area ilmu neurosains kognitif yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti yang paling terkemuka.
Eksperimen yang menggunakan eksperimen
yang menggunakan metode PET diwakili
oleh eksperimen Petersen dan rekan-rekannya (Petersen, Fox, Snyder, &
Raichle, 1990). Dalam eksperimen tersebut, partisipan penelitian ditunjukkan
stimuli kata, stimuli bukan kata namun yang menyerupai kata (non-work that
resembled words), dan rangkaian konsonan.
Dalam Jurnal Berjudul “Proses Atensi
Pengetahuan Pada Siswa Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) Dalam Memecahkan Masalah
Matenatika Materi Aritmatika Sosial” yang dituliskan oleh Andri Mahardika, dkk
yang diterbitkan oleh Edu-Sains pada tahun 2016, mendapat sebuah kesimpulan
bahwa :
1. Proses atensi pada subjek ADHD terlihat konsisten. Ketika
subjek dapat memecahkan masalah yang ada. Subjek dapat mengamati dan mengetahui
kecakupan data untuk mengerjakan masalah
2. Pada tahap menyusun strategi dalam pemecahan masalah pada
subjek terlihat tidak konsisten. Hal ini terlihat ketika subjek tidak mampu
memecahkan masalah yang ada dikarenakan kesulitan untuk menjelaskan
pemikirannya dalam mengerjakan masalah
3. Pada tahap mengeksplorasi solusi pada subjek terlihat tidak
konsisten. Hal ini terlihat ketika subjek mengalami kesulitan untuk menjelaskan
strateginya dalam menyelesaikan masalah
4. Pada tahap terakhir, tahap pemecahan masalah pada subjek
terlihat konsisten. Hal ini terlihat ketika subjek dapat memeriksa dan meyakini
hasil dari penyelesaian masalah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sensasi (sensation) mengacu pada pendektesian
diri terhadap energy dari dunia fisik, maksudnya sensasi merupakan tahap
pertama dalam perkembangan persepsi, dimana stimulus bertemu dengan panca indra
kita, baik indra penciuman, pengecapan, perabaan, penglihatan dan pendengaran.
Persepsi (perception) melibatkan
kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informansi sensorik,
maksudnya proses dimana kita menyimpulkan objek yang kita dapat dapat dan belum
tentu persepsi yang dibuat memiliki kebenaran, karena persepsi semua orang
dapat berbeda-beda. Secara umum, atensi aiartikan sebagai pemusatan upaya
mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau peristiwa-peristiwa mental.
Meskipun memori
ikonik memang melibatkan penyimpanan, penemuan-penemuan terbaru menunjukkan bahwa
memori ikonik terpisah dari proses-proses kognitif tingkat tinggi (seperti
atensi).penyimpanan ekonik hanyalah menyerupai semacam arsip foto (snapshot) tentang medan penglihatan.
Setiap arsip hanya bertahan satu detik. Penyimpanan ekhoik serupa dengan
penyimpanan ikonik dalam dua hal: a) Informasi sensorik mentah disimpan dalam
ruang penyimpanan (agar informasi mentah tersebut dapat diolah lebih lanjut).
b) Jangka waktu penyimpanannya sangatlah singkat (sama dengan memori ikonik,
yakni sekitar 250 milidetik hingga 4 detik).
Kapasitas
Pemrosesan dan atensi selektif ini terdapat dua model atensi selektif yaitu; model
penyaringan (Broadbent) dan model
Atenuasi (treisman).
Daftar
Kepustakaan
Solso, R.L, dkk. 2008. Psikologi Kognitif edisi kedelapan.
Jakarta: Erlangga.
Chaplin, James P. 2009.
Kamus lengkap psikologi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Ling, J & Catling,
J. 2012. Psikologi kognitif (terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
cukup kunjungi kami PELANGI Q Q
BalasHapusMari Bergabung bersama kami di Pelangi Q Q (,) me
Situs Impian Para pecinta dan peminat Taruhan Online!!
Segera Daftarkan diri Anda di PelangiQQ dan dapatkan Bonus yang sudah tersedia. Agen Poker Online Terpercaya dan Terbesar di Indonesia yang menggunakan Uang Asli.
MINIMAL DEPOSIT & WITHDRAW Rp 25.000
PelangiQQ Menyediakan 8 Permainan yang bisa di mainkan hanya dengan 1 User ID,yaitu:
* Bandar66 (NEW GAME)
* SAKONG
* Poker
* Domino99
* Capsa susun
* AduQ
* BandarQ
* Bandar Poker
Keunggulan PELANGI Q Q :
- PROSES DEPO & WD MUDAH TANPA RIBET
- PROSES DEPO & WD TERCEPAT
- KARTU-KARTU BERKUALITAS DISAJIKAN
- CS RAMAH & INSPIRATIF SIAP MEMBANTU 24JAM
- TIPS & TRIK MENJADI KEUNGGULAN SITUS INI
- DAN TENTUNYA DEPOSIT YG TERJANGKAU BOS!!(MINIMAL DEPO & WD 25RB)
Nikmati juga HOT PROMO bersama kami:
* BONUS TURNOVER 0.3% (DIBAGIKAN SETIAP 5 Hari 1x)
* BONUS REFERRAL 15% (SEUMUR HIDUP)
Tunggu apalagi bos!! langsung daftarkan diri anda di PELANGI Q Q
Bagaimana cara mendaftar? SIMPEL bos!!
cukup kunjungi kami PELANGI Q Q
klik daftar dan daftarkan diri anda
atau bisa juga hubungi kami melalui LiveChat dan BBM yang akan melayani Anda 24 jam nonstop.
- SKYPE : PELANGIQQ
- LINE : PELANGIQQ
- FACEBOOK : PokerPelangiReborn
- PIN BB : E37271BF
- WhatssApp : 6281231804952
Salam Sukses & Hoki
PELANGIQQ
Sensasi adalah bagian dari persepsi. Tetapi didalam prosesnya sensasi dan presepsi berbeda, kalau sensasi judi online penerimaan stimulus lewat indera sedangkan persepsi yaitu menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak
BalasHapus