Selasa, 10 Oktober 2017

Sensasi, Persepsi, dan Atensi

Makalah
Psikologi Kognitif
Tentang
Sensasi, Persepsi dan Atensi


Disusun oleh:
M. Zakiyal Fatah     : 1415040181
Sinta Mardila           :  1515040017
Rizky                         :  1515040029

  
Dosen pembimbing :
Dr. Wanda Fitri, M.si

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM
 FAKULTAS UHSULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1439 H/2017 M



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sensasi adalah proses menangkap stimuli dan tahap paling awal dalam penerimaan informasi sedangkan persepsi adalah proses member makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi.
Pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan alat indera termasuk kedalam sensasi. Sedangkan suatu proses aktif timbulnys kesadaran dengan segera terhadap suatu objek yang merupakan factor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadap objek tersebut termasuk kedalam persepsi. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau disalah artikan. Mekanisme pengindraan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi. Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Tetapi didalam prosesnya sensasi dan persepsi berbeda, kalau sensasi penerimaan stimulus lewat indra sedangkan persepsi yaitu penafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan senasasi, persepsi dan atensi?
2.      Bagaimana penyimpanan ekonik dan ekhoik?
3.      Bagaimana kapasitas pemrosesan dan atensi selektif?
4.      Bagaimana pemrosesan otomatis?
5.      Bagaimana pandangan neurosains tentang atensi?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian sensasi, persepsi dan atensi
Dalam psikologi kognitif, kita mengacu pada dunia fisik (eksternal) sekaligus dunia mental (internal). Penghubung realitas eksternal dengan dunia mental berpusat disistem sensorik.
1.      Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organism dengan lingkungannya. Menurut Dennis Coon, “sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak perlu penguraian verbal. sombolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan indera.
Sensasi (sensation) mengacu pada pendektesian diri terhadap energy dari dunia fisik, maksudnya sensasi merupakan tahap pertama dalam perkembangan persepsi, dimana stimulus bertemu dengan panca indra kita, baik indra penciuman, pengecapan, perabaan, penglihatan dan pendengaran. Studi terhadap sensasi umumnya berkaitan dengan struktur dan proses mekanisme sensorik.
2.      Persepsi
Semua orang pastinya pernah berpersepsi akan suatu hal, dan tidak ada satupun dari manusia yang tidak berpersepsi. yang ingin kita ketahui yaitu apa maksud dari persepsi. Persepsi (perception) melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informansi sensorik, maksudnya proses dimana kita menyimpulkan objek yang kita dapat dapat dan belum tentu persepsi yang dibuat memiliki kebenaran, karena persepsi semua orang dapat berbeda-beda. Dan bersepsi berhubungan dengan pengalaman yang kita alami dahulu. Pada dasarnya sensasi mengacu pada pendektesian diri terhadap stimuli, sedangkan persepsi mengacu pada interprestasi hal-hal yang kita indera.
3.      Atensi
Katika kita membayangkan atensi (attention, perhatian), kita sering membayangkan kata-kata seperti memperhatikan,”atensi penuh”, “dan menjadi pusat perhatian”. Tanpa perlu mempelajari proses kognitif dalam atensi, seseorang dengan mudah memahami bahwa atensi adalah sumber daya yang beharga. Dalam bagian ini kita akan membahas atensi sebagai mekanisme kognitif yang penting dan beharga.
Lebih dari seratus tahun yang lalu, William James menulis “ setiap orang mengetahui apa itu atensi. James menjelaskan bahwa, atensi adalah pemusatan pikiran dalam bentuk yang gamblang terhadap terhadap sejumlah objek simultan atau sekelompok pikiran. Pemusatan (focalization) kesadaran adalah intisari atensi. Atensi mengimplikasikan adanya pengabaian objek-objek tertentu secara efektif.
Sedangkan atensi ditinjau dari sudut pandang psikologi ognitif, atensi mengacu pada proses kognitif yang menyeleksi informasi penting dari dunia disekeliling kita (melalui pancaindra) sehingga otak kita tidak secara berlebihan dipenuhi oleh informasi yang tidak terbatas jumlahnya (solso, dkk, 2008).
Menurutkamus lengkap psikologi, atensi merupakan proses mereaksi secara istimewa terhadap suatu rangsangan atau sederetan perangsang atau penyesuaian organ-organ pengindraan dan system syaraf sentral bagi stimulasi maksimal serta keadaan kejernihan sensoris dengan adanya bagian tepian fokusnya (chaplin,2009).
Secara umum, atensi aiartikan sebagai pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau peristiwa-peristiwa mental.

B.     Penyimpanan ekonik dan ekhoik
1.      Penyimpanan ekonik
Neisser (1967) menamai kesan-kesan visual untuk menetap selama jangka waktu singkat (sehingga dapat diproses lebih lanjut) sebagai memori ikonik (iconic memory). Beberapa ahli mempertanyakan kecepatan penggunaan istilah memori dalam menjelaskan fenomena ini. Bagi banyak psikologi kognitif, istilah memori menyiratkan adanya penyandian  (coding) dan penyimpanan (storage) informasi, yang melibatkan proses-proses kognitif tingkat tinggi. Meskipun memori ikonik memang melibatkan penyimpanan, penemuan-penemuan terbaru menunjukkan bahwa memori ikonik terpisah dari proses-proses kognitif tingkat tinggi (seperti atensi).penyimpanan ekonik hanyalah menyerupai semacam arsip foto (snapshot) tentang medan penglihatan. Setiap arsip hanya bertahan satu detik. Tujuan “arsip foto” tersebut adalah memberikan otak kesempatan untuk mampu menyamai kecepatan informasi visual yang diterima dari mata.
Banyak penelitian yang menemukan bahwa informasi yang diindra direpresentasikan dengan akurat dalam memori ikonik, namun mengilang dengan cepat (sekitar 250 milidetik hingga 4 detik) jikalau  tidak dikirimkan ketahap-tahap pemrosesan selanjutnya.
George Sperling (1960) memberikan argumen bahwa jika ikon (atau kesan visual) sedang memudar saat partisipasi berusaha melaporkan sebagian dari keseluruhan huruf tersebut. Sperling mengasumsikan bila ia dapat menyusun sebuah cara untuk menguji memori parsial atau bagian dari memori ikonik, ia dapat menghitung ukuran penyimpanan ikonik yang sesungguhnya.
Untuk menyelidiki menghilangnya (decay) informasi dalam penyimpanan yang sangat singkat ini, berbagai penelitian telah dilaksanakan. Salah satu penelitian memvariasikan interval antara penampilan huruf dengan munculnya isyarat (berupa nada atau tampilan tertentu). Hasilnya, jangka waktu penyimpanan memori ikonik adalah sebesar 250 milidetik (1/4 detik).
2.      Penyimpanan ekhoik
Penyimpanan ekhoik serupa dengan penyimpanan ikonik dalam dua hal: a) Informasi sensorik mentah disimpan dalam ruang penyimpanan (agar informasi mentah tersebut dapat diolah lebih lanjut). b) Jangka waktu penyimpanannya sangatlah singkat (sama dengan memori ikonik, yakni sekitar 250 milidetik hingga 4 detik).
Seperti penyimpanan ikonik, yang berfungsi menyediakan waktu tambahan untuk mengamati waktu stimuli yang menghilang dari penglihatan, penyimpanan ekhoik memberikan waktu tambahan bagi kita untuk mendengarkan pesan. Kegunaan penyimpanan ekhoik akan menjadi jelas apabila kita mempertimbangkan kerumitan proses dalam memahami sebuah pembicaraan sederhana. Impuls-impuls auditorik yang diindera sebagai “percakapan” akan bertambah jumlahnya seiring berlalunya waktu. Informasi yang terkandung dalam satu bagian kecil percakapan, music, atau bunyi-bunyian lain tidak akan bermakna jika ditempatkan dalam konteks yang tepat, bersama suara-suara lain. Penyimpanan ekhoik berfungsi sebagai “lem” yang secara singkat menyimpan informasi auditorik sehingga seluruh informasi auditorik dapat dipahami.

C.     Kapasitas pemrosesan dan atensi selektif
Fakta bahwa kita secara selektif memilih hanya bagian kecil stimuli dari seluruh stimuli yang ada disekeliling kita, tampak dari berbagai peristiwa sehari-hari, sebagaimana yang disebutkan sebelumnya. Selektifitas ini dipandang sebagai akibat kurangnya kapasitas saluran (channel capacity), yaitu ketidakmampuan kita memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan. Gagasan ini menyarankan bahwa terdapat suatu kondisi “kemacetan” (bottleneck) pada suatu tahap pemrosesan informasi, yang sebagian disebabkan oleh keterbatasan neurologis. Kemacetan tersebut merupakan suatu keterbatasan, namun mungkin pula bersifat adaptif.
Atensi selektif (selective attention) dapat dianalogikan dengan menyorotkan cahaya lampu senter ketengah sebuah ruang gelap untuk mencari ruang-ruang yang kita perlukan, sambil membiarkan benda-benda lain tetap berada dalam kegelapan. Menginggat jumlah informasi yang kita olah dan kita ingat, tampaknya kekuatan kognitif kita menunjukkan semacam ketidakleluasaan dalam limitasi sensorik tersebut. Dengan demikian, kita dengan hati-hati mengarahkan lampu senter atensi kita, memproses informasi yang paling kita perhatikan, dan mengabaikan (atau kurang memperhatikan) informasi yang lain.
Atensi selektif dilakukan ketika kita terfokus pada satu sumber informasi dan mengabaikan informasi lainnya. Terdapat tiga pendekatan dalam atensi selektif yaitu;
a.       Pendekatan seleksi awal
 merupakan penelitian awal tentang atensi menggunakan pendekatan mendengarkan dikotik untuk mengahasilkan data. Dalam tugas-tugas mendengarkan dikotik, para peserta diberi stimuli yang berbeda pada masing-masing telingga dan diinstruksikan untuk mendengarkan salah satunya saja. Para peserta diminta untuk membayangi “ stimulus yang sesuai dengan mengucapkannya secara nyaring.
b.      Pendekatan seleksi akhir
merupakan pendekatan seleksi yang dikembangkan berdasarkan studi-studi yang dilakukan Treisman (1964) menunjukkan bahwa pemrosesan terhadap informasi yang tidak diperhatikan memang terjadi. Contohnya, para peserta mengalami lebih banyak kesulitan membayangi suatu pesan bila pesan dalam saluran yang tidak diperhatikan sama ketimbang bila pesan tersebut berbeda. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa terjadi pemrosesan somatik setelah penyaringan selektif, yang bertentangan dengan teori selektif awal.
c.       Pendekatan atenuasi
Treisman (1960-1964) menemukan lebih banyak bukti yang tidak sejalan dengan teori Broadbent seperti beberapa “terobosan” dari pesan yang tidak diperhatikan; para peserta dapat mengerti satu cerita di telinga lainnya. Ia menemukan bahwa pembayangan menjadi lebih sulit jika informasi yang disampaikan pada kedua telinga sama yaitu tampaknya dilakukan analisis terhadap informasi semantik (ling, dkk, 2012).
Adapun model-model atensi selektif (atensi yang digunakan untuk memusatkan pemrosesan informasi terhadap stimuli spesifik). Terdapat sejumlah model atensi selektif, yaitu :
a.       Model penyaringan (Broadbent)
Sebuah teori awal tentang atensi yang paling lengkap dikembangkan oleh Broadbent (1958). Teori yang disebut model penyaringan (filter model) ini berhubungan dengan teori saluran tunggal yang menyatakan bahwa pemrosesan informasi dibatasi oleh kapasitas saluran yang tersedia.
b.      Model Atenuasi (treisman)
Sebuah permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan model penyaringan Broadbent adalah perihal pendektesian informasi bermakna melalui sebuah saluran yang diabaikan (saluran yang tidak mendapatkan atensi). Sedangkan dalam model Treisman yang elegan menggabungkan struktur model Broadbent ditambah hasil-hasil empirik yang didapat dari penelitian moray.
Treisman mendemontrasikan bahwa kita cendrung mengikuti makna alih-alih mengikuti pesan dari satu telinga saja, bahkan sekalipun kita diminta melaporkan pesan yang diterima oleh satu telinga saja. Dalam sebuah eksperimen, Treisman (1964an) menggunakan partisipan-partisipan yag fasih berbahasa Prancis dan Inggris. Model Traisman memandang informasi yang diabaikan sebagai sinyal-sinyal lemah, yang dapat menembus “kamus” perceptual, dan dapat menembus penyaringan jikalau “kamus” perceptual menunjukkan bahwa sinyal tersebut adalah sinyal yang penting.

D.    Kapasitas pemrosesan otomatis
Agar pemrosesan secara otomatis dapat terjadi, informasi harus dapat mengalir bebas dari memori kekendali seseorang atas tindakan-tindakannya. Penguasaan keterampilan apapun membutuhkan waktu sebelum dapat dilakukan tanpa kesulitan. Bayangkan tentang belajar mengenai mobil, pada awalnya diperlukan upaya dan pengendalian besar, namun setelah melakukan banyak latihan tugas tersebut tersebut menjadi otomatis dan dapat dilakukan tanpa upaya. Pemrosesan informasi secara otomatis diteliti secara mendalam oleh  Posner dan Syider (1974-1975), yang memyebutkan tuga karakteristik pemrosesan otomatis :
a.       Pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar
Dalam eksperimen-eksperimen priming, dampak terjadi tanpa adanya niat atau tujuan sadar dari partisipan penelitian. Dalam eksperimen priming, kata pemicu atau prime ini ditayangkan sangat cepat sehingga partisipan tidak menyadarinya. Kata-kata pemicu ternyata terbukti mampu membuat partisipan mengenali kata-kata yang analog dengan kata-kata pemicu tersebut, meskipun partisipan mengaku tidak pernah tidak pernah “terpikir” kata-kata tersebut.
b.      Pemrosesan otomatis tersembunyi dari kesadaran. Sebagaimana ditunjukkan dalam contoh sebelumnya, dampak-dampak priming sebagian besar tidak disadari. Kita tidak “berpikir” mengenai pemrosesan otomatis. Gagasan ini memunculkan karakteristik ketiga.
c.       Pemrosesan otomatis hanya menggunakan sedikit sumber daya sadar (atau bahkan tidak menggunakan sumber daya sadar sama sekali. Kita dapat membaca kata-kata atau mengikat tali sepatu kita tanpa berpikir. Tindakan-tindakan tersebut terjadi secara otomatis dan tanpa memerlukan usaha.

E.     Pandangan neurosains tentang atensi
Tindakan mempelajari atensi dari sudut pandang neurosains kognitif yang memberikan kita kesempatan untuk menemukan dukungan neurilogis bagi penemuan-penemuan sebelumnya, dan juga membantu menemukan lokasi dari berbagai proses-proses terkait atensi yang berlangsung dalam otak.
a.  Atensi dan otak manusia
        Hubungan antara atensi dan otak manusia pada mulanya diselidiki melalui studi terdapat deficit atensi yang terjadi karena cedera otak. Penemuan awal semacam ini dibatasi dalam cakupan neuropathology. Sebagai contoh, sebuah cedera atau atau stoke di satu bagian otak mungkin dihubungkan dengan sebuah jenis deficit atensi. Sayangnya, observasi pathologis kerap kali dilakukan pada pasien stroke maupun pasien yang terkena luka tembakan (suatu kondisi yang tidak memiliki defenisi operasional yang jelas karena kemungkinannya hamper-hampir tanpa batas), sehingga para peneliti pada masa-masa itu mengalami kesulitan menentukan lokus (pusat) kerusakan otak yang mengakibatkan gangguan-gangguan atensi yang spesifik. Adapun masalah lain, yakni observasi-observasi pathologis seringkali dilakukan dalam pemeriksaan postmortem (pascakematian), yang tidak memungkinkan adanya komunikasi antara subjek penelitian dan pengamat (peneliti).
        Lebih jauh lagi, terdapat daya teknik mengesankan, yang dapat dipilih oleh psikologi kognitif dan ilmu otak, yang tidak mengharuskan subjek penelitiannya berada dalam keadaan tidak bernyawa, mengalami strok yang parah, mengalami luka tembak dikepala (dan peluru itu masih ada dikepala), dan tidak mengharuskan adanya prosedur pembedahan agar observasi terhadap otak dapat dilaksanakan. Focus dan upaya-upaya modern tersebut secara umum berada di dua bidang : penelitian dan diagnosis/testing.
1)      Ada upaya menemukan kolerasi antara struktur geografi otak dan dan proses-proses atensi. Studi-studi tersebut menggunakan seluruh teknik kognitif yang dijabarkan dalam bab ini seperti mendengarkan dikotik, pembayangan, atensi terbagi, tugas keputusan leksikal, pembedaan bentuk dan warna, dan priming) dan mengunakan alat-alat pelacak mandiri yang digunakan dalam studi-studi neurologis (misalnya pemindai MRI dan PET), selain menggunakan eksperimen-eksperimen waktu reaksi tradisional.
2)      Teknik-teknik yang dapat dikembangkan di laboratorium kognitif digunakan sebagai alat uji diagnotik dan digunakan untuk menyelidiki senyawa farmakologis yang berperan mempengaruhi proses-proses atensi.
b. Atensi dan PET
        Penelitian masa kini tentang atensi dilakukan menggunakan teknologi pencitraan otak (terutama PET), dan meskipun kami tidak mungkin melaporkan hasil penelitian tersebut, kami dapat melakukan beberapa penelitian penting  dalam area ilmu neurosains kognitif yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang paling terkemuka.
        Eksperimen yang menggunakan eksperimen yang menggunakan metode  PET diwakili oleh eksperimen Petersen dan rekan-rekannya (Petersen, Fox, Snyder, & Raichle, 1990). Dalam eksperimen tersebut, partisipan penelitian ditunjukkan stimuli kata, stimuli bukan kata namun yang menyerupai kata (non-work that resembled words), dan rangkaian konsonan.

F.     Jurnal yang Berkaitan Dengan Atensi
             Dalam Jurnal Berjudul “Proses Atensi Pengetahuan Pada Siswa Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)  Dalam Memecahkan Masalah Matenatika Materi Aritmatika Sosial” yang dituliskan oleh Andri Mahardika, dkk yang diterbitkan oleh Edu-Sains pada tahun 2016, mendapat sebuah kesimpulan bahwa :
1.      Proses atensi pada subjek ADHD terlihat konsisten. Ketika subjek dapat memecahkan masalah yang ada. Subjek dapat mengamati dan mengetahui kecakupan data untuk mengerjakan masalah
2.      Pada tahap menyusun strategi dalam pemecahan masalah pada subjek terlihat tidak konsisten. Hal ini terlihat ketika subjek tidak mampu memecahkan masalah yang ada dikarenakan kesulitan untuk menjelaskan pemikirannya dalam mengerjakan masalah
3.      Pada tahap mengeksplorasi solusi pada subjek terlihat tidak konsisten. Hal ini terlihat ketika subjek mengalami kesulitan untuk menjelaskan strateginya dalam menyelesaikan masalah
4.      Pada tahap terakhir, tahap pemecahan masalah pada subjek terlihat konsisten. Hal ini terlihat ketika subjek dapat memeriksa dan meyakini hasil dari penyelesaian masalah.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sensasi (sensation) mengacu pada pendektesian diri terhadap energy dari dunia fisik, maksudnya sensasi merupakan tahap pertama dalam perkembangan persepsi, dimana stimulus bertemu dengan panca indra kita, baik indra penciuman, pengecapan, perabaan, penglihatan dan pendengaran. Persepsi (perception) melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informansi sensorik, maksudnya proses dimana kita menyimpulkan objek yang kita dapat dapat dan belum tentu persepsi yang dibuat memiliki kebenaran, karena persepsi semua orang dapat berbeda-beda. Secara umum, atensi aiartikan sebagai pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau peristiwa-peristiwa mental.
Meskipun memori ikonik memang melibatkan penyimpanan, penemuan-penemuan terbaru menunjukkan bahwa memori ikonik terpisah dari proses-proses kognitif tingkat tinggi (seperti atensi).penyimpanan ekonik hanyalah menyerupai semacam arsip foto (snapshot) tentang medan penglihatan. Setiap arsip hanya bertahan satu detik. Penyimpanan ekhoik serupa dengan penyimpanan ikonik dalam dua hal: a) Informasi sensorik mentah disimpan dalam ruang penyimpanan (agar informasi mentah tersebut dapat diolah lebih lanjut). b) Jangka waktu penyimpanannya sangatlah singkat (sama dengan memori ikonik, yakni sekitar 250 milidetik hingga 4 detik).
Kapasitas Pemrosesan dan atensi selektif ini terdapat dua model atensi selektif yaitu; model penyaringan (Broadbent) dan model Atenuasi (treisman).






Daftar Kepustakaan

Solso, R.L, dkk. 2008. Psikologi Kognitif edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Chaplin, James P. 2009. Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Ling, J & Catling, J. 2012. Psikologi kognitif (terjemahan). Jakarta: Erlangga. 

Jumat, 30 Juni 2017

Pengaruh Video Game Terhadap Aktivitas Otak


         Video Game, sapa yang tak kenal dengan kalimat tersebut. Sebuah hiburan yang sangat digemari, khususnya dikalangan laki - laki ini membuatnya dikenal orang banyak. Mulai dari game tipe pertarungan hingga tipe tembak menembak ada di video game. Seiring perkembangan zaman, video game kini semakin berkembang yang menambah peminatnya.


         Video game tersendiri memiliki daya tarik sendiri yang membuat pemainnya tidak merasa jenuh ketika memainkannya. Hal ini dikarenakan video game sendiri memiliki konteks visual yang memanjakan mata. Tak hanya itu, ketika bermain video game khususnya game tipe tembak menembak, seseorang dituntut untuk memenangkan game tersebut sehingga seseorang akan terfokus pada permainan tersebut.


              Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Toronto, didapat bahwa seseorang yang memainkan sebuah game tipe Shooting akan merangsang otak yang mengakibatkan ketertarikan terhadap benda visual. Hal ini dikarenakan ketika seseorang memainkan game, seseorang hanya terfokus terhadap gambar visual yang ada di dalam game. 


              Menurut hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa seseorang yang memainkan game tipe shooting akan seketika itu dapat terfokus kepada benda visual disekitarnya. Hal ini sangat berguna ketika seseorang sedang berkendara karena akan selalu fokus terhadap benda visual yang ada didepannya.


              Hal ini terbukti adanya oleh teori dimana otak bagian kanan akan mengembangkan kreativitas, imajinasi. Video game tersebut merangsang otak sebelah kanan agar kinerja otak kanan lebih dimaksimalkan dalam mengembangkan kreativitas dan imajinasi seseorang.

Sumber : National Geographic Indonesia

Penyebab Amnesia

          Amnesia atau hilang ingatan adalah istilah yang digunakan saat seseorang tidak bisa mengingat informasi, pengalaman, atau kejadian tertentu. Kondisi ini dapat terjadi tiba-tiba atau semakin parah secara perlahan-lahan.
         Ingatan yang hilang bisa berupa hal yang baru saja terjadi atau kenangan yang telah lama berlalu. Orang yang mengidap amnesia juga bisa mengalami kesulitan dalam mempelajari informasi baru atau membentuk ingatan baru.

          Bentuk ingatan itu sendiri disimpan di dalam otak bagian Lobus Temporalis. Segala bentuk informasi yang hendak dijadikan ingatan jangka pendek (<1 menit) akan disimpan di dalam Prefrontal Cortex. Sedangkan ingatan yang akan dijadikan jangka panjang (>1 Menit) akan disimpan dalam hippocampus.

          Amnesia sendiri terjadi karena beberapa hal, diantaranya
  1. Cidera pada kepala yang mengakibatkan otak bagian Lobus Temporalis mengalami gangguan atau kerusakan
  2. Stroke
  3. Peradangan otak
  4. Trauma yang mengakibatkan seseorang ingin melupakan ingatan yang berkaitan terhadap trauma tersebut

Sumber : alodokter

Mengenal Otak Kanan dan Otak Kiri Pada Manusia

           Otak merupakan sistem saraf pusat pada vertebrata dan invertebrata. Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Ota mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh seperti detak jantung, tekanan darah, cairan tubuh dan suhu tubuh. 


           Otak terbentuk dari dua jenis sel, sel glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang dikenal sebagai potensi aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirmkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter ini dikirimkan pada celah yang dikenal sebagai sinapsis.


          Otak terbagi atas 2 dalam mengatur perilaku seseorang, yaitunya Otak kanan dan Otak kiri.





  1. Otak Kanan
            Otak kanan bekerja atas unsur kreatifitas dan fleksibel, yang mana membuat seseorang yang dominan menggunakan otak kanan dibanding otak kiri akan cenderung menggunakan kreativitas dalam menyelesaikan masalah.
  2. Otak Kiri
            Otak kiri bekerja atas unsur logika dan obyektifitas, yang mana membuat seseorang yang dominan menggunakan otak kiri dibanding otak kanan akan cenderung menggunakan logika rasional dalam mengidentifikasi masalah dan berpikir bagaimana cara menyelesaikannya.

Sumber : Wikipedia

Selasa, 04 April 2017

Bullying Pada Siswa Menurut Psikologi


               Bullying, kini marak terjadi di sekitar kita. Mulai dari anak SMP hingga SMA banyak kasus yang terjadi, bahkan yang lebih mencengangkannya lagi anak SD sudah mulai terkena kasus ini. Bullying itu sendiri sering dikaitkan dengan adegan kekerasan, yang membuat kita semua resah akan anak atau adik kita yang terkena kasus bullying.
Hasil gambar untuk pengertian bullying
               Bullying merupakan penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik (Wikipedia). Bullying itu sendiri disebabkan oleh adanya perasaan inferior dari sang korban sehingga membuat sang pelaku dapat mengontrol sang korban yang membuatnya menjadi superior.


               Inferioritas menurut Alfred Adler merupakan perasaan lemah dan tidak terampil dalam menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan. Hal ini membuat seseorang yang mempunyai inferioir yang tinggi akan lebih mudah di intimidasi dikarenakan perasaan superior yang ada kurang cukup untuk menutupi perasaan inferiroritanya. Sedangkan superioritas menurut Alfred Adler merupakan kebalikan dari inferioritasnya, yakninya perasaan percaya diri akan menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan. Perasaan inferioritas didukung oleh adanya kelemahan fisik yang membuat perasaan inferioritasnya semakin tinggi, sedangkan perasaan superioritas didukung oleh adanya kesehatan fisik yang cukup baik yang membuat perasaan superioritasnya semakin tinggi untuk mencapai kesempurnaan.


               Hal ini jelas bahwasannya seseorang yang memiliki inferioritas tinggi yang menjadi korban bullying sebagian besar dikarenakan adanya kelemahan fisik dan ketidak mampuan untuk menjadi superioritas, berbeda dengan seseorang yang memiliki perasaan superioritas yang tinggi, yang kebanyakan merupakan pelaku dari bullying yang mempunyai kondisi fisik yang mampu dan dapat menguasai orang orang yang memiliki inferioritas yang tinggi.

               Untuk mencegah hal kasus bullying terjadi maka ada baiknya melakukan beberapa hal berikut :

  1. Ciptakanlah komunikasi yang baik antara anak (siswa)
  2. Kenali karakter anak (siswa), agar dapat memahami apa yang sedang terjadi
  3. Berusahalah untuk mengetahui hal yang sebenarnya, jika salah maka akan membuat masalah lebih besar
  4. Mintalah bantuan pihak ketiga, seperti guru dan ahli lainnya

               Mungkin itulah beberapa pandangan saya terhadap kasus bullying yang sedang terjadi saat ini. Kita sebagai orang tua perlu membina anak kita dan memperhatikan pergaulan yang ia jalani, dan berusahalah agar tidak larut dalam emosi. Sehingga masalah yang terjadi dapat diselesaikan dengan baik.